Ekspor Impor Indonesia
EKSPOR IMPOR INDONESIA
Sebelum membahas masalah ekspor dan
impor Indonesia,terlebih dahulu makalah ini akan membahas definisi dari ekspor
dan impor dan pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia.
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu
negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses
ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas
dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun
penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya
adalah impor(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari
bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari
perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor(Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas)
KONDISI EKSPOR INDONESIA
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak saat
itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi
impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor
atau konsumen luar negeri membeli barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat
lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau
mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai
USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun
2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63
persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta
hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65
persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan
kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan
tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau
peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat
mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton,
pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah.
Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut
memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari
sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71 persen
terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor nonmigas
di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20 persen.
Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80
miliar (12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar
(11,57 persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen).
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode
Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor
produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya
masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008,
kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi
ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor
produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor
migas adalah sebesar 22,10 persen.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak
dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor
Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat
mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan
dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar
28,53 persen.
KONDISI IMPOR INDONESIA
Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan
penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong
selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu
masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89
persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen
menjadi 19,12 persen.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia
selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan
terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15
persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98
persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari
plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27 persen.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga
persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas
sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70
persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan.
Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor nonmigas
Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar USD1,78 miliar. Angka
tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52 persen dibanding
September 2008.
Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode
tersebut sebesar USD64,62 miliar atau 76,85 persen berasal dari 12 negara
utama, yaitu China sebesar USD12,86 miliar atau 15,30 persen, diikuti Jepang
sebesar USD12,13 miliar (14,43 persen). Berikutnya Singapura berperan 11,29
persen, Amerika Serikat (7,93 persen), Thailand (6,51 persen), Korea Selatan
(4,97 persen), Malaysia (4,05 persen), Australia (4,03 persen), Jerman (3,19
persen), Taiwan (2,83 persen), Prancis (1,22 persen), dan Inggris (1,10
persen). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22 persen dan dari
Uni Eropa 10,37 persen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar